9 Nov 2013

Sinar Mentari dan Kegalauan Hati

Sinar Mentari dan Kegalauan HatiPagi yang cerah terlihat matahari mulai menyembul dan semakin meninggi, kegagahan matanya menatab bumi dan memancarkan cahaya yang mulai terasa panas menyengat sepagi ini. Hanya beberapa menit panas mentari menerpa kulit yang tak terlalu bersih ini, ku langkahkan kaki memasuki pelataran rumah.

Sementara dentuman suara Bass terdengar lembut diiringi suara treble yang kurang halus terdengar di telingaku mengalunkan lagu slow melalui media player PC yang sudah dinyalakan beberapa minit sebelum kulangkahkan kaki menatap matahari dan merasakan kehangatan belaian sinarnya membelai mesra seluruh bagian tubuh yang sedikit terbuka ini.

Tak lama ku terduduk menatap layar putih belum berisi sepatah katapun, hanya menu – menu berderet yang belum kusentuh. Ku mulai memainkan jemari ini merangkai kata demi kata, walau entah apa yang akan kuceritakan dalam tulisan ini sebagai update blog pagi hari ini. Sabtu, tidak seperti hari – hari lain aku beraktifitas pada sebuah lembaga pendidikan. Hari ini belum kuambil keputusan untuk bergabung dengan teman – teman di sekolah, mendegarkan informasi dan mengamati kejadian keseharian suasana di sebuah lembaga pendidkan.

Sudah beberapa paragraf pendek selesai kuketikkan meskipun belum jelas entah kemana alur cerita ini akan kubawa. Apakah aku harus mengeluh? Haruskah aku keluhkan sedikit permasalahan kecil yang diberikan, sementara nikmat besar yang sering kurasakan seakan sulit untuk kusyukuri. Sungguh diriku bagaikan manusia yang tidak tahu mengucapkan terima kasih. Keluhan dan demi keluhan sering dilontarkan sengaja ataupun tanpa sengaja terucap dari bibir ini, ratapan dan rintihan sering bergetar dalam hati ini. Sementara ribuan bahkan jutaan nikmat yang telah dirasakan seakan telah terhapuskan hanya oleh sebuah cobaan kecil yang tidak seberapa.

Sifat manusia, ataukah hanya diriku yang terlalu bodoh menyikapi kehidupan. Mengeluh, merintih dan menghiba disaat kesedihan kecil diberikan. Lupa dan seakan apa yang dilakukan adalah kekuatan dan kekuatan diri atas kemampuan yang telah dikaruniakan sehingga ucap dan rasa syukur yang seharusnya tak terlaksanakan. Hemmm…. Sejenak ku coba merenungkan diri ini yang terlalu membanggakan kemampuan yang seakan apa yang telah dilakukan atas kemampuan diri tanpa ada campur tangan sang pencipta, sombong dan angkuh atas keberhasilan yang dicapai. Apakah benar diri ini adalah manusia yang diciptakan dengan kekuatan yang besar serta dapat melakukan apapun tanpa bantuan sang pencipta.

Kita bukanlah robot yang mungkin saja dapat terjadi kesalahan program sehingga dapat melawan tuan yang telah menciptakan dan memprogramnya, hanya menunggu kehabisan catu daya untuk tak berkutik, tak mampu berbuat dan terkapar bagaikan besi rongsokan yang sudah tidak berarti. Masih untung jika kita hanyalah sebuah robot besi yang terkapar, masih banyak pemulung yang tertolong dengan bangkai tubuh kita. Namun sebagai manusia yang sudah tidak memiliki arti dan manfaat tanpa nyawa dan roh, siapa yang akan menolong kita. Dibiarkan begitu saja terkapar di tanah lapang luas, akan menjadi santapan ulat – ulat yang memakan daging – daging kita sehingga tinggal tulang benulang yang tak bagus juga dijadikan perhiasan seperti gading gajah.

Mengerikan membayangkan semua itu. Tapi kenapa kengerian itu tak mampu mengalirkan air mataku. Apakah sekeras itukah hati ini. Terlalu sombongkah diriku yang merasa mampu dan dapat melakukan apapun tanpa bantuan sang pencipta.

Entahlah, hanya rangkaian kata sebagai ungkapan kelemahan jiwa dalam menjalani kehidupan. Apakah terlalu dangkal iman ini sehingga hanya bisa mengeluh dan mengadu, lupa bahwa lebih banyak nikmat yang dirasakan dan harus disyukuri. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Sinar Mentari dan Kegalauan Hati, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Sinar Mentari dan Kegalauan Hati. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Sinar Mentari dan Kegalauan Hati dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar