3 Apr 2017

Belajar Bercocok Tanam

Jagung Tolean - Citro MduroMemperdalam teori tanpa praktek bagaikan pepesan kosong, begitu pula sebaliknya praktek tanpa adanya landasan teori bagaikan kisah orang buta yang meraba-raba seekor gajah. Harus ada perimbangan antara penguasaan teori dan mempraktekkannya untuk mengetahui seberapa jauh teori tersebut dipahami. Dan apakah saya termasuk orang yang memahami teori dan dapat mempraktekkan teori yang telah dipelajari?

Entahlah, yang jelas pada hari ini karena tidak ada kegiatan sekolah karena siswa kelas XII sedang melaksanakan UNBK, maka kegiatan pagi hari diisi dengan belajar mencangkul walau tidak dalam untuk belajar bercocok tanam jagung. Istilah untuk masyarakat sekitar dikenal dengan JAGUNG TOLEAN. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Jagung Tolean? Sepengetahuan yang diperoleh dari informasi melalui cerita-cerita para petani sekitar, yang dimaksud istilah tolean adalah penanaman ulang sebuah varietas dengan mempergunakan bibit hasil panen sebelumnya. Apapun jenis produk yang ditanam, apakah padi ataupun jagung jika mempergunakan bibit dari hasil panen sebelumnya maka disebut dengan istilah TOLEAN, kalau menanam jagung disebut dengan istilah JAGUNG TOLEAN.

Berdasarkan informasi, kualitas bibit biasanya kurang maksimal dibandingkan dengan bibit yang dikeluarkan oleh pembibitan aslinya.

Nah dari pengalaman tadi pagi, melihat kondisi tanah yang dilewati cangkul walau tidak terlalu dalam. Tanah yang diatasnya terdapat tumpukan jerami yang telah membusuk tanah kelihatan lebih gembur, sementara yang tidak ada tumpukan jerami yang membusuk tanah lebih kering, begitu pula apabila jerami yang tertumpuk belum membusuk, kadar air tanah lebih kecil lagi.

Dari pengalaman tersebut, pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami dapat dipergunakan untuk menggemburkan tanah tentu setelah dilakukan pembusukan terlebih dahulu melalui proses komposisasi (sayangnya belum praktek membuat kompos). Dari pengalaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa secara teori kompos dapat menyuburkan tanah, sementara tumpukan jerami yang tidak terurai dapat menimbulkan masalah lain seperti menjadi sarang tikus ataupun kuman penyakit tanaman lainnya.

Pengalaman lain adalah rasa letih dan boyo karena mencangkul, sementara para petani sanggup menyelesaikan cangkulan dalam waktu yang singkat. Saya hanya mampu menyelesaikan beberapa bedeng saja, kalau dihitung dalam jumlah batang jagung yang dihasilkan nantinya sekitar 200 batang pohon jagung dari lubang hasil cangkulan. Hemmmm, sangat jauh produktifitas kerja dibandingkan dengan para petani yang sudah terbiasa.

Namun kaos yang saya pakai basah kuyup oleh keringat, dan inilah hasil pertama yang saya dapatkan melalui bercocok tanam. Keringat yang menandakan saya berolahraga yang menghasilkan karya luar biasa bagi saya pribadi walau hal tersebut mungkin tidak berarti bagi orang lain.

Saat ini jagung yang sudah tertanam sudah diguyur hujan, Alhamdulillah rahmat-Nya begitu melimpah bagi tanaman saya serta bagi saya dan keluarga tentunya. Semoga pengalaman memberikan hasil dan kebarokahan yang luar biasa. Ditulis pada tengah hari selepas dhuhur 03 April 2017. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Belajar Bercocok Tanam, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Belajar Bercocok Tanam. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Belajar Bercocok Tanam dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar