24 Mar 2018

Siapa Yang Harus Disalahkan Dibalik Kenaikan Pertalite??

Siapa Yang Harus Disalahkan Dibalik Kenaikan Pertalite??Mengisi acara malam mingguan yang sebentar lagi akan bergulir dan berganti hari, hari sabtu akan berganti pada kalender hari minggu. Malam minggu kata orang-orang merupakan malam yang panjang, padahal dibandingkan dengan hari-hari lainnya tetap bergulir waktu 24 jam dalam sehari semalam, namun kenapa malam minggu dikatakan sebagai malam panjang? Mungkin karena malam minggu merupakan malam libur, sehingga tidak terburu-buru beranjak menuju peraduan untuk mendapatkan istirahat yang cukup sehingga besok paginya bisa bangun dengan segar untuk beraktifitas. Kalau malam minggu boleh dong begadang, dan bangun kesiangan keesokan harinya?

Tentang hal itu terserah yang mau menafsirkan sajalah. Bagi saya pribadi setiap malam adalah malam yang panjang, dan bisa juga menjadi malam yang singkat. Karena bisa saja saya begadang setiap malam sampai ngantuk mendera untuk menuju peraduan, atau bahkan selepas isyak sudah terasa larut dan tahu-tahu matahari sudah tergelincir meninggi menandakan hari kemaren sudah dilewati tanpa terasa sejak sekitar jam 7 malam.

Ada kejadian apa pada hari sabtu anda? Pertanyaan ini ditujukan bagi yang merasakan malam minggu sebagai malam panjang, sebagai malam setengah panjang, atau mungkin malam yang begitu pendek karena anda tidak dapat menikmati malam terlalu lama. Meskipun sejatinya sekalipun kita pulas dalam buaian sang malam mengawali waktu, kita tetap menikmati malam itu dengan penuh kenikmatan tanpa ada beban sedikitpun, kecuali ada mimpi buruk menghampiri anda.

Pada bingungkan, isinya tidak nyambung dengan judulnya. Jangan diambil bingung. Jika masih berkenan untuk melanjutkan silahkan untuk melanjutkan membacanya, karena ulasan semakin akhir tentu akan semakin menarik dan membingungkan walau sedikit agak membosankan. Sudah menjadi ciri khas kemampuan penulis dalam mengawali sebuah tulisan dengan maksud dan tujuan yang tidak jelas, namun pada akhirnya juga tetap ngelantur kemana-mana.

Kejadian luar biasakah pada hari sabtu maret ini? Sebagian menganggap sebagai kejadian luar biasa, sebagian lagi menganggap hal itu sebagai kejadian yang biasa. Anda berada di bagian mana? Penulis juga berada pada posisi yang mana, mungkin selintas pertanyaan akan ada sebelum melanjutkan membacanya. Untuk itu lanjutin dong bacanya biar ketahuan dimana posisi sang penulis, menganggap kenaikan pertalite sebagai kejadian biasa atau sebagai kejadian yang luar biasa.

Kejadiannya adalah kenaikan harga BBM Non Subsidi yang berdasasrkan informasi yang saya baca, selama awal tahun ini BBM Non Subsidi Pertalite mengalami kenaikan sebesar Rp. 300. Per tanggal 24 Maret 2018 kenaikan Pertalite merata diseluruh pemasaran Indonesia sebesar Rp. 200. Berapa harga pertalite di daerah anda setelah adanya kenaikan harga tersebut?

Kalau di daerah saya tinggal kurang tahu juga, karena sehari ini belum melakukan isi pertalite, pertamax maupun premium. BBM yang menjadi isi tangki motor adalah pertalite sebelum kenaikan dan belum melakukan penambahan BBM. Berapa harga sebelum naik? Nah itu dia saya juga kurang memperhatikan, tapi kalau tidak salah sekitar 7600 perliter, dan saya hanya menyodorkan selembar uang 10.000 pada petugas Pompa Bensin dan di colokanlah tu colokan pada lubang tangki motor. Habis itu langsung kabur dech takutnya diminta uang kembalian.

Pertalite termasuk dalam kategori Bahan Bakar Umum yang harganya dapat disesuaikan oleh perseroan tanpa persetujuan pemerintah. Tidak ada kekawatiran perseroan bahwa masyarakat akan beralih pada bahan bakar Premium yang dipatok harga Rp. 6.450 per liter.

Saya pribadi tentu akan beralih pada BBM yang lebih murah, bahkan dari desas desus sekitar, premium lebih nyaman dibandingkan dengan Pertalite yang memiliki nilai oktan 90, entah apa itu nilai oktan. Yang terpenting dalam otak saya adalah cari harga yang lebih murah dengan kualitas yang tidak terlalu jauh berbeda. Urusan yang lain dipikirkan nanti belakangan.

Pada kasus kenaikan Pertamax beberapa waktu lalu banyak mengeluhkan tentang kenaikan tersebut. Salahnya memilih pertamax sebagai bahan bakar, masih ada yang lebih murah yaitu pertalite. Eh ternyata sekarang yang bersubsidipun dinaikkan.

Dari kasus kenaikan Pertlite sebagai salah satu Bahan Bakar Umum yang bersubsidi tentunya, siapa yang seharusnya disalahkan? Sebagian ada yang menyalahkan pemerintah dengan mengatakan pemerintahan sekarang ini gobloklah, tidak pro rakyatlah, dan segala macam ungkapan lainnya. Namun sebagian lagi ada yang mengatakan hal tersebut sudah merupakan hal yang biasa karena sudah ada regulasinya.

Dari pada saya ngelantur tidak tentu arah tentang hal yang tidak saya pahami asal usulnya, meskipun ada pengetahuan itupun hanya sangat mendasar dan tidak patut untuk berpedapat lebih jauh lagi. Menjadikan saya harus menuliskan yang menjelekan pemerintahan karena ketidak sukaan saya, atau saya terlalu membela pemerintah karena saya sangat pro terhadap pemerintah. Biarlah harga semua naik semoga saya diberikan kemampuan untuk membelinya dengan kelancaran pengunjung blog ini yang selama ini sepi-sepi saja sehingga tak seorangpun yang dapat melihat kalau ada tayangan iklan pada blog ini. Biarlah taris listrik naik, BBM naik karena saya tidak memiliki hak untuk mengaturnya, sekalipun saya membuli pemerintah dengan kata-kata saya sepertinya tidak akan memberikan efek, ataupun saya membela mati-matian agar mendapat perhatian dari pemerintah juga tidak akan memberikan efek. Yang memberikan efek adalah jika blog ini mendapatkan pengunjung yang betul membutuhkan apa yang saya ceritakan melalui media ini sehingga tayangan iklan lancar syukur-syukur ada yang klik iklan karena ada relevansi dengan tulisan saya, saya sudah bersyukur dengan harapan mampu bayar listrik dan membeli BBM. Alhamdulillah sekalipun gaji saya tidak seberapa, listrik dirumah masih dapat terselesaikan, BBM motorpun masih bisa untuk mengantarkan anak pergi sekolah dan mengantarkan saya untuk beraktifitas sehari-hari. Sebagai penutup artikel kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan para sahabat untuk mengunjungi Blog CITRO MDURO dan membaca tulisan yang bertajuk Siapa Yang Harus Disalahkan Dibalik Kenaikan Pertalite??, walaupun bukan tulisan insiratif dan kurang inovatif yang dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca ataupun anda lewat karena tersasar dan terdampar pada tulisan Siapa Yang Harus Disalahkan Dibalik Kenaikan Pertalite??. Kami sangat berterima kasih karena anda sudah berkenan walaupun mungkin sangat terpaksa. Silahkan tinggalkan jejak anda untuk menjalin silaturahmi, atau temukan yang anda cari tentang Siapa Yang Harus Disalahkan Dibalik Kenaikan Pertalite?? dan salam jabat erat dari PAMEKASAN MADURA

Posting Komentar